Rabu, 11 Februari 2015

Diam Dalam Temu

Mungkin, ini tidak begitu penting bagimu. Hal yang kau anggap membosankan. Terkadang, ketika kita berpapas tanpa sengaja aku ingin ada percakapan sederhana yang keluar dari mulutmu atau sebuah kilas senyum dari bibirmu itu. Ya, semua tak lagi sama! Waktu yang membuat kita dapat bercerita dan menyapa. Namun, waktu juga yang memakan hal-hal yang dulu biasa kita lakukan.
Entah mengapa, bagi sebagian orang ketika mereka telah merasa tersakiti dan memutuskan  untuk berpisah dalam suatu hubungan. mereka lebih suka memutus tali pertemanan juga, sekedar menyapa saja terasa enggan baginya.  Dan ada juga sebagian dari mereka yang masih menjaga komunikasi mereka dengan baik walaupun hanya berteman. Bukankah setiap insan manusia memiliki perasaan dan kesabaran yang berbeda? Mungkin itu juga yang membuat mereka dapat menjaga hubungan mereka dengan baik.
Ada yang masih mampu bertahan dalam rasa kecewa, ada juga yang tak mau terus dikecewakan. Ada yang terlalu sayang sampai tidak bisa marah, dan ada juga yang terlalu sensitif  ketika pasangannya bersama orang lain. Ya, kali ini aku tak mau membahas tentang menunggu, bertahan, atau sebagainya. Aku hanya ingin menulis tentangmu, tentang apa yang kita lakukan ketika kita berpapas dan kita yang saling diam tanpa ada tegur sapa sekalipun.

Entah, ada rasa canggung ketika berpapas denganmu, ada hal yang kurasa hilang. Semenjak kamu  memutuskan untuk berjalan pada jalan yang berbeda, aku merasa kamu  tak lagi kamu. Ya, dimana kamu  yang dulu? Seseorang yang slalu bertegur sapa denganku disaat kita berpapas. Mana kamu yang dulu? Seseorang yang slalu tersenyum ketika melihatku.
Ingin rasanya aku kembali dimana kamu slalu bercerita denganku. Memperbaiki keadaan, dan menghilangkan masalah yang terjadi diantara kita. Namun? Aku bisa apa? Disaat takdir berkehendak lain? . harapan-harapanku tentangmu seperti dandelion , berkumpul menjadi satu. Namun, jika angin berhempus dengan kencang, harapan itu akan terbang entah kemana.
Aku ingin menjadi wanita yang menguatkan! Bukan malah wanita yang membuka lubang kelemahan. Andai kamu tau, menunggu kamu menyapaku saja sama halnya dengan menunggu daun yang jatuh. Dulu, aku pernah yakin bahwa bahagia yang kita cap tak memiliki akhir, hanya karna aku yakin bahwa kamu takkan mengecawakanku. Namun, tibalah saatnya kecewa menampakkan wujudnya.
Aku pernah membayangkan, kita duduk bersebelahan di sebuah taman. Kita kan berbicara banyak hal yang sama tanpa merasa canggung. Merasa saling tergenapkan, menggumamkan lagu-lagu favorite kita, kita yang saling menghargai, kita yang saling bertukar cerita, barangkali seperti itu.
Namun sekarang? Harapanku hancur, Layaknya dandelion itu. Angin berhembus terlalu kencang sehingga melepaskan dandelion-dandelion itu. Harapan yang terlalu tinggi, untuk waktu yang tak tepat. Berharap kamu menyapaku saja serasa sulit, apalagi harapan lain? yang Rasanya mustahil.
“AKU TIDAK TAU APAKAH MASIH ADA PERASAAN UNTUKKU? , AKU TIDAK TAU APAKAH KAMU MASIH PEDULI ATAU TIDAK? NAMUN, SEGALA TENTANGMU MASIH ADA, MASIH KUINGAT, DAN HAL ITU MASIH SANGGUP MEMBUATKU TERTAWA WALAU TERKADANG TERASA BEGITU MENYAKITKAN”

TertandaPerempuan yang mengharapkan kehadiranmu

1 komentar:

amelia nanda mengatakan...

kek perasaan gw huhuhu