Mentari Terindah
Dipagi
yang bermandikan matahari, udara pagi yang sejuk. Tanpa awan, tanpa mendung,
angin semilir berhembus. Suara dentum jarum jam yang membangunkanku dari tidur
nyenyakku. Aktifitas pagi hari yang sudah menungguku. Setelah beranjak dari
tempat tidur, aku langsung menuju ke kamar mandi untuk segera mandi. setelah
semua sudah selesai aku segera menuju ke ruang makan, untuk sarapan. Disana,
aku melihat mama yang sedang membuat sarpan untukku.
“Cepat, habiskan sarapanmu!” ujar
mama, sambil menyuruhku untuk segera menyelesaikan sarapan.
“iya, ma.. aku juga tak mau
terlambat untuk datang ke sekolah. oh, iya papa dimana ma?” jawabku, sambil
mencari-cari dimana papa
“papa masih tidur! Mungkin papamu
sedang lelah, karna lembur kerja kemaren” jawab mama.
Beberapa saat kemudian, setelah aku
selesai sarapan. Aku segera berpamitan untuk berangkat ke sekolah. tapi
sayangnya, aku tak mau mengganggu papa yang sedang terlihat tidur pulas.
Senin,
dimana hari yang membuka gerbang semangat, pelajaran yang menantang, dan
guru-guru cerdas yang mampu mengajar dengan baik. Rasanya hari ini terasa
berbeda, aku yang awalnya mengira bahwa kelas ini membosankan, teman-teman yang
akan canggung denganku. Tapi, nyatanya semua perkiraanku salah. Disini aku
menemukan kelas yang asyik, teman-teman yang mampu membuatku nyaman dengan senda gurau mereka. Saat bel
istirahat berbunyi, ada salah satu teman yang menghampiriku.
“ Hay, boleh kenalan nggak?”
tanyanya sambil mengulurkan tangannya
“iya, boleh. Panggil aja aku retno”
jawabku sambil membalas jabat tangannya
“Iya, kenalin juga namaku emerald”
jawabnya, sambil melukis senyum dibibirnya.
Percakapan
yang sederhana pun mulai terjadi pada kita. Meskipun, terkadang aku merasa
canggung dengannya. Setelah, beberapa
pertanyaan terlontar dari mulut kita. Aku bisa menyimpulkan bahwa Emerald
adalah seorang gadis yang cantik, ia juga lumayan pintar dikelas, bukan hanya cantik
dan pintar ia juga seorang gadis baik yang suka menolong teman yang sedang
kesusahan. Jam istirahat akan segera habis, bel tanda masuk akan segera
berbunyi. Akhirnya, aku dan emerald kembali ke kelas. Dikelas aku menemukan
sesuatu yang baru, sesuatu yang tak pernah aku rasakan seebelumnya, disaat aku
masih duduk disekolah dasar dulu. Aku merasa adanya saling kebersamaan antara
kita semua, bukan hanya perempuan dengan perempuan melainkan semuanya.
Meskipun, kita semua belum kenal begitu dekat. Tapi, aku merasakan adanya
kebersamaan dan kekeluargaan didalam kelas.
Bel
tanda masuk telah berbunyi, semua siswa yang berada di luar kelas harus segera
bergegas masuk kelas. Siswa, yang makan didalam kelas harus segera
menghabiskannya. PBM pun akan segera dimulai. Biasanya saat jam pelajaran terakhir
anak-anak lelah dan tak bersemangat. Tapi tidak untukku, “bagiku bagaimanapun
lelahnya kita untuk belajar, kalau kita sungguh-sungguh kita akan meraih
kesuksesan dimasa depan” ujarku, dalam hati. Setelah beberapa jam kemudian, PBM
telah selesai. Bel tanda pulang sekolah sudah terdengar, saatnya semua siswa
membereskan peralatan sekolahnya dan segera berdoa. Ketika aku berjalan menuju
parkiran sekolah, aku melihat emerald bersama seorang anak perempuan yang
sedang berjalan menghampiriku.
“Hey,
mau pulang ya?” tanya seorang anak perempuan itu, dengan langkah kaki menujuku
“iya,
oh iya kita kan belum kenalan? Kenalin namaku retno” jawabku, sambil melontarkan pertanyaan
kepadanya
“hehehe..
iya. Kenalin namaku widya” sahutnya, sambil tertawa
“Mau
pulang bareng nggak? Kebetulan jalan yang aku lewati searah denganmu” tanyanya
dengan halus.
“heheheeh...
iya boleh” ujarku, sambil membalas tawanya
“Hey,
ayo pulang! Hari sudah semakin siang dan terik matahari juga menyengat” tanya
emerald.
“oh,
iya. Aku juga tak mau terlambat dateng ke rumah” jawabku serentak dengan widya.
Hari
semakin siang, panas matahari serasa menyengat kulit. Setelah, aku sampai
dirumah. Aku segera mandi dan bergegas mengambil air wudlu untuk shalat dhuhur.
Aku merasa lelah dan mengantuk, hampi seharian aku dan teman-teman tidak henti
untuk saling bertanya dan berkenalan. Mataharipun segera melingsir siang
berganti sore. Tak ada kegiatan di sore ini, mungkin hanya sekedar untuk
menyapu dan membereskan rumah dan itupun hampir tiap sore aku lakukan. Tak
banyak berfikir aku segera membereskan semuanya, agar aku bisa istirahat.
Sejenak untuk melepaskan rasa lelah. Malampun tiba, gemerlap bintang mencumbu
bulan. Malam itu, aku sedang mengerjakan tugas sekolahku. Tanpa aku sadari, aku
termenung dalam diam. Entah, aku juga tak tau apa yang aku fikirkan. Hanya
saja, seringkali aku susah untuk berkonsentrasi untuk mengerjakan tugasku. Hari
semakin larut, mama yang sudah tertidur pulas karna seharian dia bekerja untuk
membereskan rumah, papa yang belum juga pulang, dan kakak yang masih sibuk
menatap layar laptop untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Hemm... terkadang, aku
memikirkan papa yang sedang banting tulang mencari uang untuk membiayai ku dan
kakak yang masih sekolah. Apalagi, kakak ku baru masuk ke salah satu kampus
yang lumayan ternama dikotaku. Sementara aku dan kakak yang enak-enakan
dirumah, dan mungkin akan lembur kalau ada tugas sekolah yang lumayan banyak
dan mepet untuk segera dikumpulkan.
Menjelang
tengah malam, dimana semua mata nyaris terpejam. Kesadaran yang sedikit lagi
terbuai di alam mimpi. Suara ketukan pintu menyentak tiba-tiba. Aku yang tak menghiraukan
suara itu, meraih bantal untuk menutup wajah kuat-kuat. Dan hanya kakak dan
mama yang bangun, lalu duduk sejenak dan mengernyitkan kening. Selain terganggu
dengan adanya suara tersebut. Mama dan kakak juga penasaran siapa yang sedang
berada dibalik pintu malam-malam begini. Beberapa detik merusak selera tidur,
aku segera bangun dan memastika siapa yang ada dibalik pintu tersebut. Ternyata
papa yang baru pulang dari lemburnya, mata sayu papa membuat aku sejenak diam
dan hanyut dalam hening. Tanpa ada perbincangan yang lebih lama aku segera
menyuruh papa untuk kembali beristirahat dan aku yang akan melanjutkan mimpiku.
Pagi
telah datang, pagi ini berbeda dengan yang sebelumnya. Yang sebelumnya yang aku
lihat di ruang makan hanya ada mama. Tapi, hari ini semuanya sudah siap untuk
melakukan aktifitasnya masing-masing, papa yang berangkat ke kantor, kakak yang
pergi kuliah, aku berangkat sekolah, dan mama yang mengerjakan tugas rumah.
Disekolah aku merasa lebih dekat lagi dengan emerald dan widya. Mereka juga
sudah mengganggap ku sebagai sahabatnya, aku pun juga mengganggap mereka
seperti keluargaku sendiri. Karna, merekalah yang pertama kali ku kenal setelah
aku masuk disekolah ini, mereka juga selalu baik kepadaku. Mereka juga selalu
ada disaat aku punya problem. Saat jam kosong widya, emerald bergabung
denganku dan nilam.
“Hai,
udah pada ngerjakan tugas belum?” sapa emerald
“udah
dong..” sahut widya, nilam, dan aku.
Sejenak,
kita berbincang seputar pelajaran dan guru-guru. Tak lama bergabung, nilam
berpamitan ke Mushala. Dibanding emerald yang tenang, widya terkesan lebih gesit dan dinamis, widya lebih
suka kegiatan yang menantang; pramuka, pmr, dan beladiri. Identik dengan
dirinya, emerald yang feminim lebh menyukai kegiatan khas perempuan, seperti
membatik, dll. Suatu ketika, ada suatu perdebatan yang menghantam pagar
persahabatan kami. Ada orang ketiga yang merusak persahabatan kami dengan cara mengadu domba
kita. Jarang ada percakapan antara kita lagi, semua terasa berbeda disaat kita
bertengkar. Pertengkar ini membuat pikiranku penat. Sama halnya dengan emerald,
aku memilih untuk mengalah! daripada aku harus mengorbankan persahabatan ini,
aku tak mau persahabatan yang telah kita bangun dengan kokoh, harus roboh
dengan begitu saja hanya karna,
pertengkaran kita. Serasa ada perasaan yang canggung diantara kita bertiga.
Aku
lebih memilih menyudahi semua masalah ini,
“Aku
tak mau kita larut dalam pertengkaran yang akhirnya, hanya akan membuat
persahabatan ini rusak” ucapku dengan nada yang lirih, dan berusaha untuk
menyelesaikan masalah
“Aku
juga tak ingin, masalah ini berkepanjangan. Aku mau kembali seperti semula” ujar
emerald dan widya, dengan sedikit menitihkan air mata.
Hari
berganti, siang berganti malam. Dan akhirnya perdebatan antara kita bisa di
selesaikan. Bak rembulan yang bersinar cerah, secerah itu juga hidupku setelah
kedatangan mereka dalam hidupku. Persahabatan yang sedang mengalami masalah,
akhirnya dapat diselesaikan juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar