Minggu, 30 November 2014

MENTARI TERINDAH

Mentari Terindah

Dipagi yang bermandikan matahari, udara pagi yang sejuk. Tanpa awan, tanpa mendung, angin semilir berhembus. Suara dentum jarum jam yang membangunkanku dari tidur nyenyakku. Aktifitas pagi hari yang sudah menungguku. Setelah beranjak dari tempat tidur, aku langsung menuju ke kamar mandi untuk segera mandi. setelah semua sudah selesai aku segera menuju ke ruang makan, untuk sarapan. Disana, aku melihat mama yang sedang membuat sarpan untukku.
“Cepat, habiskan sarapanmu!” ujar mama, sambil menyuruhku untuk segera menyelesaikan sarapan.
“iya, ma.. aku juga tak mau terlambat untuk datang ke sekolah. oh, iya papa dimana ma?” jawabku, sambil mencari-cari dimana papa
“papa masih tidur! Mungkin papamu sedang lelah, karna lembur kerja kemaren” jawab mama.
Beberapa saat kemudian, setelah aku selesai sarapan. Aku segera berpamitan untuk berangkat ke sekolah. tapi sayangnya, aku tak mau mengganggu papa yang sedang terlihat tidur pulas.
Senin, dimana hari yang membuka gerbang semangat, pelajaran yang menantang, dan guru-guru cerdas yang mampu mengajar dengan baik. Rasanya hari ini terasa berbeda, aku yang awalnya mengira bahwa kelas ini membosankan, teman-teman yang akan canggung denganku. Tapi, nyatanya semua perkiraanku salah. Disini aku menemukan kelas yang asyik, teman-teman yang mampu membuatku  nyaman dengan senda gurau mereka. Saat bel istirahat berbunyi, ada salah satu teman yang menghampiriku.
“ Hay, boleh kenalan nggak?” tanyanya sambil mengulurkan tangannya
“iya, boleh. Panggil aja aku retno” jawabku sambil membalas jabat tangannya
“Iya, kenalin juga namaku emerald” jawabnya, sambil melukis senyum dibibirnya.
Percakapan yang sederhana pun mulai terjadi pada kita. Meskipun, terkadang aku merasa canggung  dengannya. Setelah, beberapa pertanyaan terlontar dari mulut kita. Aku bisa menyimpulkan bahwa Emerald adalah seorang gadis yang cantik, ia juga lumayan pintar dikelas, bukan hanya cantik dan pintar ia juga seorang gadis baik yang suka menolong teman yang sedang kesusahan. Jam istirahat akan segera habis, bel tanda masuk akan segera berbunyi. Akhirnya, aku dan emerald kembali ke kelas. Dikelas aku menemukan sesuatu yang baru, sesuatu yang tak pernah aku rasakan seebelumnya, disaat aku masih duduk disekolah dasar dulu. Aku merasa adanya saling kebersamaan antara kita semua, bukan hanya perempuan dengan perempuan melainkan semuanya. Meskipun, kita semua belum kenal begitu dekat. Tapi, aku merasakan adanya kebersamaan dan kekeluargaan didalam kelas.

Bel tanda masuk telah berbunyi, semua siswa yang berada di luar kelas harus segera bergegas masuk kelas. Siswa, yang makan didalam kelas harus segera menghabiskannya. PBM pun akan segera dimulai. Biasanya saat jam pelajaran terakhir anak-anak lelah dan tak bersemangat. Tapi tidak untukku, “bagiku bagaimanapun lelahnya kita untuk belajar, kalau kita sungguh-sungguh kita akan meraih kesuksesan dimasa depan” ujarku, dalam hati. Setelah beberapa jam kemudian, PBM telah selesai. Bel tanda pulang sekolah sudah terdengar, saatnya semua siswa membereskan peralatan sekolahnya dan segera berdoa. Ketika aku berjalan menuju parkiran sekolah, aku melihat emerald bersama seorang anak perempuan yang sedang berjalan menghampiriku.
“Hey, mau pulang ya?” tanya seorang anak perempuan itu, dengan langkah kaki menujuku
“iya, oh iya kita kan belum kenalan? Kenalin namaku retno”  jawabku, sambil melontarkan pertanyaan kepadanya
“hehehe.. iya. Kenalin namaku widya” sahutnya, sambil tertawa
“Mau pulang bareng nggak? Kebetulan jalan yang aku lewati searah denganmu” tanyanya dengan halus.
“heheheeh... iya boleh” ujarku, sambil membalas tawanya
“Hey, ayo pulang! Hari sudah semakin siang dan terik matahari juga menyengat” tanya emerald.
“oh, iya. Aku juga tak mau terlambat dateng ke rumah” jawabku serentak dengan widya.
Hari semakin siang, panas matahari serasa menyengat kulit. Setelah, aku sampai dirumah. Aku segera mandi dan bergegas mengambil air wudlu untuk shalat dhuhur. Aku merasa lelah dan mengantuk, hampi seharian aku dan teman-teman tidak henti untuk saling bertanya dan berkenalan. Mataharipun segera melingsir siang berganti sore. Tak ada kegiatan di sore ini, mungkin hanya sekedar untuk menyapu dan membereskan rumah dan itupun hampir tiap sore aku lakukan. Tak banyak berfikir aku segera membereskan semuanya, agar aku bisa istirahat. Sejenak untuk melepaskan rasa lelah. Malampun tiba, gemerlap bintang mencumbu bulan. Malam itu, aku sedang mengerjakan tugas sekolahku. Tanpa aku sadari, aku termenung dalam diam. Entah, aku juga tak tau apa yang aku fikirkan. Hanya saja, seringkali aku susah untuk berkonsentrasi untuk mengerjakan tugasku. Hari semakin larut, mama yang sudah tertidur pulas karna seharian dia bekerja untuk membereskan rumah, papa yang belum juga pulang, dan kakak yang masih sibuk menatap layar laptop untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Hemm... terkadang, aku memikirkan papa yang sedang banting tulang mencari uang untuk membiayai ku dan kakak yang masih sekolah. Apalagi, kakak ku baru masuk ke salah satu kampus yang lumayan ternama dikotaku. Sementara aku dan kakak yang enak-enakan dirumah, dan mungkin akan lembur kalau ada tugas sekolah yang lumayan banyak dan mepet untuk segera dikumpulkan.
Menjelang tengah malam, dimana semua mata nyaris terpejam. Kesadaran yang sedikit lagi terbuai di alam mimpi. Suara ketukan pintu menyentak tiba-tiba. Aku yang tak menghiraukan suara itu, meraih bantal untuk menutup wajah kuat-kuat. Dan hanya kakak dan mama yang bangun, lalu duduk sejenak dan mengernyitkan kening. Selain terganggu dengan adanya suara tersebut. Mama dan kakak juga penasaran siapa yang sedang berada dibalik pintu malam-malam begini. Beberapa detik merusak selera tidur, aku segera bangun dan memastika siapa yang ada dibalik pintu tersebut. Ternyata papa yang baru pulang dari lemburnya, mata sayu papa membuat aku sejenak diam dan hanyut dalam hening. Tanpa ada perbincangan yang lebih lama aku segera menyuruh papa untuk kembali beristirahat dan aku yang akan melanjutkan mimpiku.
Pagi telah datang, pagi ini berbeda dengan yang sebelumnya. Yang sebelumnya yang aku lihat di ruang makan hanya ada mama. Tapi, hari ini semuanya sudah siap untuk melakukan aktifitasnya masing-masing, papa yang berangkat ke kantor, kakak yang pergi kuliah, aku berangkat sekolah, dan mama yang mengerjakan tugas rumah. Disekolah aku merasa lebih dekat lagi dengan emerald dan widya. Mereka juga sudah mengganggap ku sebagai sahabatnya, aku pun juga mengganggap mereka seperti keluargaku sendiri. Karna, merekalah yang pertama kali ku kenal setelah aku masuk disekolah ini, mereka juga selalu baik kepadaku. Mereka juga selalu ada disaat aku punya problem. Saat jam kosong widya, emerald bergabung denganku dan nilam.
“Hai, udah pada ngerjakan tugas belum?” sapa emerald
“udah dong..” sahut widya, nilam, dan aku.
Sejenak, kita berbincang seputar pelajaran dan guru-guru. Tak lama bergabung, nilam berpamitan ke Mushala. Dibanding emerald yang tenang, widya  terkesan lebih gesit dan dinamis, widya lebih suka kegiatan yang menantang; pramuka, pmr, dan beladiri. Identik dengan dirinya, emerald yang feminim lebh menyukai kegiatan khas perempuan, seperti membatik, dll. Suatu ketika, ada suatu perdebatan yang menghantam pagar persahabatan kami. Ada orang ketiga yang merusak  persahabatan kami dengan cara mengadu domba kita. Jarang ada percakapan antara kita lagi, semua terasa berbeda disaat kita bertengkar. Pertengkar ini membuat pikiranku penat. Sama halnya dengan emerald, aku memilih untuk mengalah! daripada aku harus mengorbankan persahabatan ini, aku tak mau persahabatan yang telah kita bangun dengan kokoh, harus roboh dengan begitu saja hanya  karna, pertengkaran kita. Serasa ada perasaan yang canggung diantara kita bertiga.
Aku lebih memilih menyudahi semua masalah ini,
“Aku tak mau kita larut dalam pertengkaran yang akhirnya, hanya akan membuat persahabatan ini rusak” ucapku dengan nada yang lirih, dan berusaha untuk menyelesaikan masalah
“Aku juga tak ingin, masalah ini berkepanjangan. Aku mau kembali seperti semula” ujar emerald dan widya, dengan sedikit menitihkan air mata.
Hari berganti, siang berganti malam. Dan akhirnya perdebatan antara kita bisa di selesaikan. Bak rembulan yang bersinar cerah, secerah itu juga hidupku setelah kedatangan mereka dalam hidupku. Persahabatan yang sedang mengalami masalah, akhirnya dapat diselesaikan juga.

Tidak ada komentar: