Kalau aku tidak benar-benar
menyayangimu, aku tak akan pernah merasakan luka ketika aku melihatmu bisa
tersenyum tanpa beban dengannya. Memang, aku dan kamu pernah menjadi kita,
pernah melewati hari bersamamu adalah hal yang menyenangkan bagiku. Namun,
waktu yang membuat kita tak lagi dapat bersama.
Kita pernah memiliki tujuan yang sama,
namun kini semuanya hanya tertinggal disana. Dihari dan tempat dimana kau
memutuskan untuk pergi dariku. Ya, keputusan yang sulit bagiku! Meng-iyakan dan
menuruti permintaanmu itu membuatku harus bisa mengesampingkan egoku. Ya,
hal-hal yang kau lontarkan secara tak sengaja membuatku dilema. Apa yang harus
aku pilih? Disatu sisi aku menyayangimu! Aku tak mau berakhir disini, namun
disisi lain dia juga berhak bahagia dengan seseorang yang dia anggap sebagai
pundi kebahagiaannya.
Selang beberapa menit kemudian, aku
memikirkannya. Dan alhasil aku akan mengesampingkan egoku. Jika aku benar
menyayanginya aku akan dapat menerima apapun keputusannya agar dia dapat
bahagia. Aku tau, jika dia terus bersamaku namun dia tak dapat kebahagiaan denganku. Sama halnya dengan membunuh perasaanku dan perasaannya juga. Aku takkan tega melihat dia terpaksa denganku.
Aku tau, setiap pertemuan akan ada perpisahan .
Waktu terus berjalan, namun aku tak mau
terus-terusan memikirkan perpisahan yang telah terjadi. Mungkin, inilah waktu
dimana aku harus bisa berjalan tanpanya dan Menghilangkan segala kebiasaanku untuk
memperhatikannya lagi. Aku terus berkelut dengan keadaan yang membuatku
bingung. Namun, aku memilih jalan tengahnya saja, aku akan tetap menyayanginya
tanpa harus meminta dia untuk membalasnya. Tetap bersikap baik kepadanya,
meskipun balasannya tak sepadan dengan apa yang aku lakukan. Namun, ada satu
hal yang harus bisa aku lakukan yaitu”Menjaga batasan-batasan, dan harus sadar kalau
aku hanyalah seorang teman dan tidak lebih lagi dari itu”
Banyak hal ku coba untuk menepi,
menjauh, bahkan membunuh perasaan ini. Namun, ada saja alasanku untuk kembali
mencintaimu lagi. Tak mengejar dan memperhatikanmu lagi bukan berarti perasaan
ini benar-benar mati, kau harus sadar bahwa cinta yang tulus adalah seseorang
yang diam-diam menyebut namamu dalam setiap doanya. Mungkin, kau melihat bahwa
aku sudah mematikan obor perasaanku! Aku tetap menyayangimu seperti dulu!! Tapi, aku tak mau menunjukkannya, karna aku
tau hanya akan ada pengabaian darimu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti
isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada,
seperti isyarat yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya
abu. Aku faham bahwa cinta memang harus diperjuangakan, namun apakah kau tak
mengerti bahwa mencintai bukan berarti berjuang sendirian? Saat kebersamaan tak mampu membuat kita
bahagia, maka biarlah lantunan-lantunan doa yang menghapus luka dan mendatangkan
pelangi.
Sikapmu yang seolah-olah mengabaikanku
adalah benih dimana kamu akan menuai luka. Kamu tak merasakan bagaimana
lelahnya menunggu, sakitnya bertahan, dan bagaimana rasanya membiasakan diri
untuk tidak menyayngimu lagi? Namun, waktu akan mengajarkanmu tentang hal-hal
yang dulu kamu abaikan. Bukan berarti aku ingin kamu terluka! Tapi aku hanya
menginginkan kamu bisa lebih menghargai suatu pertemuan dalam hubungan.
untukmu~
maaf, ini hanyalah sebuah cerita singkat dari pertemuan kita.
bukan bermaksud menyinggungmu. inilah yang aku lakukan ketika merindukanmu.
menuliskan namamu dalam setiap tulisan-tulisanku di facebook, twitter, atau media social lainnya:")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar