Jumat, 23 Januari 2015

Saya pernah mencintaimu dan kau abaikan

Kalau aku tidak benar-benar menyayangimu, aku tak akan pernah merasakan luka ketika aku melihatmu bisa tersenyum tanpa beban dengannya. Memang, aku dan kamu pernah menjadi kita, pernah melewati hari bersamamu adalah hal yang menyenangkan bagiku. Namun, waktu yang membuat kita tak lagi dapat bersama.
Kita pernah memiliki tujuan yang sama, namun kini semuanya hanya tertinggal disana. Dihari dan tempat dimana kau memutuskan untuk pergi dariku. Ya, keputusan yang sulit bagiku! Meng-iyakan dan menuruti permintaanmu itu membuatku harus bisa mengesampingkan egoku. Ya, hal-hal yang kau lontarkan secara tak sengaja membuatku dilema. Apa yang harus aku pilih? Disatu sisi aku menyayangimu! Aku tak mau berakhir disini, namun disisi lain dia juga berhak bahagia dengan seseorang yang dia anggap sebagai pundi kebahagiaannya.
Selang beberapa menit kemudian, aku memikirkannya. Dan alhasil aku akan mengesampingkan egoku. Jika aku benar menyayanginya aku akan dapat menerima apapun keputusannya agar dia dapat bahagia. Aku tau, jika dia terus bersamaku namun dia tak dapat kebahagiaan denganku. Sama halnya dengan membunuh perasaanku dan perasaannya juga.  Aku takkan tega melihat dia terpaksa denganku. Aku tau, setiap pertemuan akan ada perpisahan .
Waktu terus berjalan, namun aku tak mau terus-terusan memikirkan perpisahan yang telah terjadi. Mungkin, inilah waktu dimana aku harus bisa berjalan tanpanya dan Menghilangkan segala kebiasaanku untuk memperhatikannya lagi. Aku terus berkelut dengan keadaan yang membuatku bingung. Namun, aku memilih jalan tengahnya saja, aku akan tetap menyayanginya tanpa harus meminta dia untuk membalasnya. Tetap bersikap baik kepadanya, meskipun balasannya tak sepadan dengan apa yang aku lakukan. Namun, ada satu hal yang harus bisa aku lakukan yaitu”Menjaga batasan-batasan, dan harus sadar kalau aku hanyalah seorang teman dan tidak lebih lagi dari itu”
Banyak hal ku coba untuk menepi, menjauh, bahkan membunuh perasaan ini. Namun, ada saja alasanku untuk kembali mencintaimu lagi. Tak mengejar dan memperhatikanmu lagi bukan berarti perasaan ini benar-benar mati, kau harus sadar bahwa cinta yang tulus adalah seseorang yang diam-diam menyebut namamu dalam setiap doanya. Mungkin, kau melihat bahwa aku sudah mematikan obor perasaanku! Aku tetap menyayangimu seperti dulu!!  Tapi, aku tak mau menunjukkannya, karna aku tau hanya akan ada pengabaian darimu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada, seperti isyarat yang tak sempat disampaikan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku faham bahwa cinta memang harus diperjuangakan, namun apakah kau tak mengerti bahwa mencintai bukan berarti berjuang sendirian?  Saat kebersamaan tak mampu membuat kita bahagia, maka biarlah lantunan-lantunan doa yang menghapus luka dan mendatangkan pelangi.

Sikapmu yang seolah-olah mengabaikanku adalah benih dimana kamu akan menuai luka. Kamu tak merasakan bagaimana lelahnya menunggu, sakitnya bertahan, dan bagaimana rasanya membiasakan diri untuk tidak menyayngimu lagi? Namun, waktu akan mengajarkanmu tentang hal-hal yang dulu kamu abaikan. Bukan berarti aku ingin kamu terluka! Tapi aku hanya menginginkan kamu bisa lebih menghargai suatu pertemuan dalam hubungan.
untukmu~
maaf, ini hanyalah sebuah cerita singkat dari pertemuan kita.
bukan bermaksud menyinggungmu. inilah yang aku lakukan ketika merindukanmu.
menuliskan namamu dalam setiap tulisan-tulisanku di facebook, twitter, atau media social lainnya:") 

Tidak ada komentar: